Makan dan tidur bagi sebagian besar kita merupakan epitome dari istirahat. Kedua aspek tersebut dapat memodifikasi dirinya menjadi sesuatu yang mewah di tengah-tengah riuh arena tarung perebutan kapital. Keduanya seakan menjadi oase bagi mereka yang membutuhkan jeda dan mengatur ulang sistem di tubuh dan jiwa.
Max Weber dalam salah satu karyanya, The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism, pernah menggulirkan diskursus tentang makan enak dan tidur nyenyak. Dia mengangkat diskursus ini dalam konteks membandingkan falsafah hidup antara orang Itali dan Inggris di abad ke-17,18 dan 19. Dalam karyanya itu, Weber menghadirkan corak pemikiran-pemikiran orang Italia dan Inggris, yang kemudian hal ini mengarahkan pada warna kehidupan yang berbeda. Oleh karena perbedaan falsafah hidup juga, orang Italia memilih tidur nyenyak dibandingkan makan enak, sedangkan orang Inggris, khususnya Kaum Puritan, memilih makan enak daripada tidur nyenyak. Pemikiran-pemikiran yang diterima seseorang memang begitu berpengaruh dalam hidupnya dan akan menyentuh semua sendi-sendi kehidupannya. Dan bila dihidupi, pemikiran yang diterima akan menentukan proses pengambilan keputusan hidup seseorang dan masa depannya. Bila pilihan antara makan nikmat dan tidur nyenyak ditawarkan secara serius kepada Anda, mungkin jawaban Anda sekarang akan berbeda. Anggapan umum seolah menyiratkan jika falsafah yang melatar-belakangi pilihan 'makan nikmat' bisa menuju kemakmuran, sedangkan falsafah yang melatarbelakangi pilihan tidur nyenyak akan membawa kepada kemiskinan. Jika diperhadapkan kepada pilihan 'makan enak' atau 'tidur nyenyak':
Lalu jika harus memilih, manakah yang kamu pilih? :
1.Makan Enak
2.Tidur Enak
Saya mengundang anda sekalian untuk berpartisipasi dalam survei berikut pada tautan ini.
Sementara itu, ulasan ini akan diperbaharui secara berkala. Terima kasih.
Komentar